
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan perdana 2025 dengan sumringah.
IHSG terpantau menguat 1,18% ke posisi 7.163,21 pada perdagangan Kamis (2/1/2025). Penguatan harian ini melanjutkan tren IHSG yang selalu ditutup positif pada perdagangan perdana tiap tahun-nya.
Meskipun pada 2016 – 2020 silam, IHSG pada perdagangan perdana selalu ditutup merah. Namun, selama historis sepuluh tahun terakhir peluang ditutup hijau masih lebih unggul.
Berikut pergerakan IHSG pada hari pertama perdagangan tiap tahun-nya :
Adapun pada perdagangan sepanjangan hari ini IHSG ditransaksikan dengan frekuensi sebanyak 1.089.356 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 19,1 miliar saham senilai Rp 8,7 triliun.
Sebanyak 316 saham menguat, 270 saham melemah, dan 210 saham stagnan. Dari sisi konstituen, saham-saham yang menjadi penopang IHSG antara lain, PT Pantai Indah Kapuk Tbk (PANI) naik 8,28%, PT Multipolar Technology Tbk menguat 4,73%, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk menanjak 6,07%, dan PT Bayan Resource Tbk (BYAN) yang menguat 2,1%.
Mengawali tahun ini, IHSG mendapat berkah dari beberapa sentimen positif dalam negeri, mulai dari batalnya tarif PPN 12% hingga laju inflasi yang mencetak rekor terendah dalam sejarah.
Pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk barang mewah dan untuk barang sehari-hari yang menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12%.
Kategori barang mewah yang dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023. Selain dari item-item yang tercantum dalam PMK nomor 15 tahun 2025, PPN yang berlaku tetap 11% mengacu pada penetapan sejak 2021.
Rincian mengenai jenis barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perubahan Perpres 71 Taun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Sebagian besar jenis barang Bapokting telah diberikan fasilitas PPN, perlu perluasan fasilitas untuk yang masih terutang PPN.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Kamis (2/1/2025) mengumumkan inflasi mencapai 0,44 % (month to month/mtm) dan 1,57% (year on year/yoy) pada Desember 2024.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan konsensus CNBC Indonesia yakni 0,47% (mtm) dan 1,61% (yoy).
Sistem fiskal Indonesia menggunakan Januari-Desember sebagai patokan. Tahun fiskal akan berakhir di Desember. Inflasi tahunan (yoy) yang tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.
Dengan hanya mencatat inflasi 1,57%, inflasi 2024 akan menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia.
Sebagai catatan, inflasi terendah yang pernah dicatat BPS sebelumnya adalah pada 2020 yakni 1,68%.
Rendahnya inflasi 2024 disebabkan sejumlah faktor mulai dari melemahnya daya beli serta melandainya harga bahan pangan pokok setelah terbang pada 2022 dan 2023.